Sejarah Singkat Pondok Pesantren Putri
Al-Fathimiyyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
Al-Fathimiyyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
Sekitar tahun 40-an merupakan suatu masa dimana Lembaga Pesantren Putri masih dibilang lembaga yang langka. Seiring dengan berjalannya sang waktu dan makin minimnya pola pikir perempuan, hal tersebut membuat pasangan KH. Abd. Fattah Hasyim dan Ibu Hj. Mustarrofah Bisri terketuk hatinya untuk mendirikan suatu lembaga yang khusus untuk para calon ibu, dengan harapan agar pola pikir perempuan sebagai tiang Negara bisa sejajar dengan laki-laki. Demikianlah sekelumit sejarah singkat awal berdirinya Al-Fathimyyah kita tercinta.

Kemudian dikarenakan semakin banyaknya santri dan dirasa perlunya untuk membangun sebuah gedung, maka sekitar tahun 1962 dibangunlah komplek al Khodijah, disusul komplek al Aisyah tahun 1969. Tidak sebatas itu saja al Fathimiyyah makin mengembangkan mutu pendidikannya dengan membangun beberapa komplek yang diberi nama al Ma’shumah dan al Jamilah, bertepatan dengan itu diresmikan pula nama al Fathimiyyah yang diabadikan dari nama Ibunda Romo KH. Abd. Fattah yakni Nyai Fathimah.
Demi peningkatan kualitas dan mutu Pesantren maka pada tahun 1975 diadakan perbaikan dengan membangun sebuah kantor yang terletak dibelakang mushollah dan mengadakan penyempurnaan keadministrasian PPP al Fathimiyyah.
Dikarenakan semakin bertambahnya jumlah santri, maka diadakan perenovasian musholla untuk yang pertama kalinya tepatnya tahun 1978, sekaligus dibangun pula komplek al Hijriyyah tahun 1980 dan al Jadidah A tahun 1982. Kemudian musholla direnovasi untuk yang kedua kalinya sekitar tahun 1982.
Dengan sasaran pokok organisasi meningkatkan mutu dan kualitas santri sebagai kader Warotsa Al-‘Anbiya’ serta meningkatkan fungsi dan peranan santri sehingga menjadi pelopor pembangunan bangsa, maka al Fathimiyyah berusaha untuk menempuh lewat kegiatan dan usaha-usaha yang dipegang oleh 2 Ketua Bidang.
Adapun Bidang I menangani Al-Tarbiyah Wa Al-Ta’lim yang membawahi departemen yaitu Departemren Jama’ah yang menangani kerohanian santri dalam Taqorrub Ilallah. Departemen Pengajian yang menangani pendidikan yang mencangkup pendidikan al Qur’an, Madrasah Diniyyah, Pengajian Weton dan berkala yang dikaji langsung oleh para Pengasuh. Departemen Munadloroh, membahas tentang kajian kitab kuning dan menguraikannya baik dari segi murod (arti) maupun ilmu allatnya, disamping itu diadakan pula BM ( Batshul Masa’il) dan BK ( Batshul Kutub ). Adapun sarana yang membangun santri dalam mengulang materi pelajaran adalah Departemen Takroruddurus. Sedangkan pengelolaan mengenai perpustakaan dan penulisan dibawah naungan Departemen Penerangan.
Adapun Bidang II menangani Al Ummur al Munadlomah Wal ‘Ailiyyah yang membawahi Departemen Organisasi, yang mengatur seluruh jalannya organisasi PPP al Fathimiyyah. Selanjutnya Departemen PMB ( Pengembangan Minat dan Bakat ) yang didalamnya ada LPKD ( Latihan kader Da’wah ) yang mana untuk menggali potensi santri menjadi seorang muballighoh, PBA ( Pengembangan Bahasa Asing), dan JQH ( Jam’iyyah Qurro’ Wal Huffadz) dan Rebana. Selanjutnya Departemen Kesehatan yang menangani Kesehatan bagi santri al Fathimiyyah, Departemen KLH ( Kebersihan Lingkungan Hidup) yang menangani kebersihan lingkugan al Fathimiyyah. Pemenuhan kebutuhan santri juga sangat diperhatikan oleh Departemen Kesri ( Kesejahteraan Santri). Departemen Keamanan yang menciptakan lingkungan yang aman dikalangan PPP al Fathimiyyah.
Adapun dalam bidang keorganisasian, yang diikuti oleh para Pengasuh, alumni maupun perwakilan santri al Fathimiyyah mengadakan perubahan AD/ART yang kemudian menghasilkan berbagai perubahan struktur keorganisasian. Mulai saat itulah nama OS PPP al Fathimiyyah dimunculkan. Adapun yang termasuk struktur keorganisasian OS PPP AF adalah Majelis Pengasuh, Pengasuh, Majelis Permusyawaratan Santri, Badan Pengurus(BP OS P3 AF), BP Organisasi Komplek, dan BP Organisasi Kamar dan Warga.
63 Tahun Perjalanan Dedikasi Al-Fathimiyyah
A. Perkembangan PPP Al Fathimiyyah
1. Tahun 1949 -1960
Pada
awal berdirinya sekitar tahun 1949 al Fathimiyyah baru memiliki santri
sebanyak 6 orang yang kesemuanya berasal dari daerah sekitar Jombang,
mereka semua tinggal dikediaman kyai Fattah. Sekitar tahun 1952 mulai
dibangun sebuah gedung yang memiliki dwi fungsi yakni sebagai kamar
santri sekaligus sebagai mushollah, kemudian pada tahun 1957 dibangun
sebuah komplek yang diberi nama al Muniroh (dulu terkenal dengan sebutan
‘kamar pacul’) yang dihuni sekitar 76 santri yang kebanyakan berasal
dari daerah sekitar Surabaya dan Gresik.
Sistem
pengajian yang berlaku adalah sistem weton dan sorogan yang di asuh
langsung oleh kyai Fattah dan bu nyai Musyarofah. Pengajian kitab-kitab
kuning di ampu oleh kyai Fattah dan untuk pengajian Al Qur’an di ampu
langsung oleh bu nyai Musyarofah.
Jumlah
santri yang masih sedikit memberikan ruang kedekatan antara pengasuh
dan santri menjadi sangat erat. Perhatian bu nyai Musyarofah terhadap
santri-santrinya sangat intens. Misalnya, setiap selesai sholat jama'ah
bu nyai Musyarofah selalu meluangkan waktu untuk menyapa
santri-santrinya, baik untuk menanyakan kondisi masing-masing santri
ataupun memberikan wejangan-wejangan. Kedekatan emosi ini, membuat bu
nyai Musyarofah lekat di hati para santri-santrinya.
Tipikal
santri pada masa ini, adalah santri yang tekun beribadah,
sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu, dan memiliki ketawadhu’an yang
tinggi terhadap pengasuh dan ustadz-ustadznya.
2. Tahun 1961 – 1970
Sekitar
tahun 60an santri al Fathimiyyah mencapai 300an lebih. Keorganisasian
pada masa ini sudah mulai dibentuk yaitu ditunjuknya ketua dan
secret`ris pondok, meskipun pada tataran pelaksanaannya masih di bawah
kendali bu nyai Musyarofah. Kompleks al ma’shumah dibangun pada tahun
1962 dan kompleks al Aisyah dibangun pada tahun 1969, serta Al jamilah.
Dan pada tahun-tahun ini pula penamaan kompleks-kompleks tersebut
diberikan. Misalnya nama komplek Al Jamilah itu diambil dari nama santri
Jamilah dari Sidoarjo, nama ini diberikan karena komitmentnya terhadap
tugas-tugas yang diberikan oleh ndalem (pengasuh). Sedangkan nama
Khodijah, dari nama santri Khodijah dari Mojokerto. Yaitu santri yang
memiliki kedekatan dan rasa pengabdian yang tinggi terhadap pengasuh.
Apapun yang di dawuhkan pengasuh, beliau selalu patuh menjalankannya.
Sejalan
dengan hal tersebut peresmian nama pondok sebagai Pondok Pesantren
Putri Al fathimiyyah juga dilaksanakan pada tahun 1969an. Nama tersebut
diambil dari nama ibunda kyai Fattah yaitu Nyai Fathimah. Kyai fattah
memberi nama tersebut sebagai bentuk penghargaan beliau kepada
ibundanya.
Sebagaimana
tahun-tahun sebelumnya, sistem pengajian yang digunakan adalah sistem
‘weton dan sorogan’. Penekanan pada pemahaman dan pengkajian kitab
kuning dan alQur’an, serta pengamalan ahlaqul karimah masih menjadi
prioritas utama. Sehingga hal tersebut menjadi program unggulan dari
pesantren ini.
3. Tahun 1971 – 1980
Pada
tahun ini perkembangan santri al Fathimiyyah mencapai 700an santri.
Sistem pengajian masih menggunakan ‘weton dan sorogan’. Pada tahun
1974an management keorganisasian mulai di tata, yaitu adanya ketua dan
sekretaris dan beberapa ketua bidang sebagai representasi kelembagaan
PPP al fathimiyyah. Pada era ini kepemimpinan santri sempat di pegang
oleh putri-putri bu nyai Musyarofah dan kyai Fattah, yaitu ning
Khurriyah dan ning Lilik Muhibbah sebagai ketua pondok.
Selain
program pengajian, pada masa ini juga sudah ada program-program lain
seperti Corps Dakwah, Olah raga badminton, ketrampilan menyulam, dan
lomba-lomba antar kompleks. Serta untuk memperkuat proses kelembagaan
yang terkait dengan fungsi administrasi, pada tahun 1975 dibangunlah
kantor pengurus PPP Al Fathimiyyah yang terletak di belakang musholla.
Sejalan
dengan perkembangan pada aspek pembelajaran, al fathimiyyah juga terus
meningkatkan perkembangan aspek fisik atau sarana dan prasarana, yaitu
komplek Al Hijriyah pada tahun 1980an..
Pada
era ini Kiprah al fathimiyyah mulai diperhitungkan di luar oleh dinas
kesehatan dan instansi-instansi lain yaitu pada saat ada program ford
foundation bekerjasama dengan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia)
tentang kesehatan mengadakan pelatihan-pelatihan. Pada saat itu setiap
pondok sejombang (Tambak beras, Tebuireng, Denanyar, dan Rejoso) diminta
mengirim delegasi 5 orang. Tambak beras mengirim 10 orang, Al
Fathimiyyah 5 orang dan al Lathifiyyah juga 5 orang. Dari 10 orang
delegasi yang ada hanya diambil 1 sebagai duta YLKI, untuk itu diadakan
seleksi melalui ujian. Dari hasil seleksi tersebut yang terpilih adalah
dari al Fathimiyyah yaitu bu Khodijah.
Pada
masa ini Al Fathimiyyah mengalami peristiwa duka yang mendalam, yaitu
berpulangnya Romo kyai fattah ke pangkuan Illahi pada tanggal 27 April
1977. Para pengasuh dan para santri merasa kehilangan sosok yang
kharismatik, alim, dan dekat dengan para santrinya.
Menjelang
ujian semester, selain program belajar digiatkan juga dilaksanakan doa
bersama para pengasuh. Kegiatan ini bertujuan agar para santri diberi
kemudahan dalam mengerjakan ujian serta ilmunya menjadi ilmu yang
bermanfaat. Khususjangan dari para pengasuh pada kelas akhir, melakukan
sowan-sowan ke para pengasuh untuk mendapatkan doa restu serta wejangan
sebagai bekal pemantapan diri sebelum melanjutkan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi atau sebelum mengabdi di masyarakat.
4. Tahun 1981 – 1990
Sekitar
tahun 80an jumlah santri al Fathimiyyah terus bertambah, sehingga
penambahan fasilitas dan perbaikan dilakukan, yaitu penambahan komplek
al jadidah A dan renovasi musholla.
Mekanisme
organisasi juga terus berkembang, yaitu dengan penambahan bidang-bidang
sesuai dengan kebutuhan santri dan pengelolaan lembaga. Koordinasi
lembaga tidak hanya pada tataran pengurus pondok dan pengasuh, namun
juga melibatkan ketua kamar.
Selain
pengembangan organisasi, PPP Al fathimiyyah juga memberikan ruang
pengembangan kreativitas santrinya. Senyampang hal tersebut tidak
mengganggu belajar dan mengaji, pihak pengasuh memperbolehkan kegiatan
yang terkait dengan tumbuh kembang kreativitas, misalnya menulis, drama,
olahraga, ketrampilan, dan lain-lain.
Mengingat
jumlah santri yang semakin banyak, maka sistem pengajianpun juga
mengalami perubahan. Yang pada awalnya hanya sistem ‘weton dan sorogan”
akhirnya ditambah lagi dengan diniyah sesuai dengan kelasnya
masing-masing (pada saat itu belum menggunakan istilah klasikal) atau
juga berdasarkan gurunya. Misalnya kelas I MTsN mengaji al Qur’an pada
bu nyai Musyarofah, dll. Demikian juga terkait dengan pengajian kitab
kuning. Untuk para guru, mulai melibatkan santri putra yang memiliki
kompetensi dalam keilmuwan tersebut di berikan kesempatan untuk mengajar
di pondok al Fathimiyyah.
Al
fathimiyyah di kenal sebagai pondok pesantren yang menerapkan
kedisiplinan yang tinggi serta ketatnya aturan-aturan terkait dengan
perilaku santri. Hal ini memang menjadi komitment kyai Fattah dan bu
nyai Musyarofah yang juga dikenal sebagai ulama yang disiplin dan alim.
Al Fathimiyyah memberikan batasan-batasan yang jelas baik dari aspek
teritorial santri, jam keluar, waktu mengaji, wajib berjamaah, hingga
batas pakaian. Bila ada santri yang melanggar aturan-aturan tersebut,
amak pengasuh memberikan hukuman agar perilaku melanggar tidak diulangi
lagi, dan santri bertaubat atas perilakunya.
5. Tahun 1991 – 2000
Pada
era ini, Al fathimiyyah mengalami perkembangan yang luar biasa. Baik
perkembangan santri maupun kualitas pendidikan dan kematangan
organisasinya. Jumlah santri pada masa ini lebih dari 1000an santri.
Pembelajaran pada masa sebelumnya yang memberikan ruang untuk tumbuh
kembang kreatifitas santri pada tahun-tahun ini menunjukkan hasilnya.
Misalnya terdapatnya program pelatihan-pelatihan antara lain pelatihaan
kepemimpinan, pelatihan jurnalistik, pelatihan ketrampilan, pelatihan
pengembangan diri dan lain sebagainya. Selain itu juga adanya program
pengembangan minat bakat, misalnya JQH, munadhoroh, bahtsul masail, dan
lomba-lomba yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku dan sikap
kompetitif.
Beberapa program unggulan atau populer pada masa ini antara lain :
Sistem
pengajian klasikal, yaitu sistem pengajian yang dipilah berdasarkan
kelas pendidikan formal dan materi pengajaran disesuaikan dengan
kemampuan mayoritas anggota kelas tersebut. Materi pengajiannya meliputi
kitab-kitab kuning fiqih dan ahlak, serta pengajian al Qur’an.
Insyaf,
yaitu buletin santri yang tertib 3 bulanan. Buletin ini dikelola
sendiri oleh santri al Fathimiyyah yang didalamnya adalah para santri
yang memiliki kompetentensi dalah bidang jurnalisitik dan penulisan.
Sebelum menjadi anggota redaksi Insyaf, maka santri harus menempuh
pelatihan-pelatihan khusus terkait dengan jurnalistik yang
diselenggarakan oleh pondok al fathimiyyah.
Buletin
Insyaf ini merupakan buletin pelopor dalam dilingkungan pondok
pesantren Bahrul ‘Ulum. Beberapa bulan setelah buletin insyaf terbit,
pondok-pondok lain dan sekolah-sekolah dilingkungan Bahrul’Ulum
berlomba-lomba menerbitkan buletin juga.
Buletin
ini mendapatkan respon yang positif dari para santri dan pengasuh. Hal
ini nampak pada banyaknya santri yang ingin terlibat dalam redaksi
buletin insyaf dan juga banyaknya santri yang mengirimkan tulisan agar
dimuat dalam buletin tersebut. Sedangkan dari pengasuh nampak pada
terbukanya ruang sharing mengenai bagaimana perkembangan buletin insyaf
kedepan antara pengasuh, redaktur, dan pengurus.
IPM
(Ikatan Penulis Muda), adalah lembaga yang mewadahi para santri yang
memiliki bakat dan minat dalam menulis. Lembaga ini juga melakukan
pengkaderan dengan mengadakan kegiatan pelatihan-pelatihan penulisan.
Beberapa alumni yang dulunya aktif pada lembaga ini sekarang menjadi
penulis yang dapat dibanggakan. Baik tulisan essay maupun tulisan
ilmiah. Pengalaman menjadi bagian dari lembaga IPM memudahkan adaptasi
alumni dalam mengerjakan pekerjaan akademik yang terkait dengan tulis
menulis, misalnya paper, proposal penelitian, artikel ilmiah, dan
lain-lain.
Forkaf
(Forum Silaturrahmi Alumni Al fathimiyyah), Organissai ini di bentuk
oleh alumni Fitriyatin Yamin dkk yang berprofesi sebagai staf pengajar
di IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1993an. Organisasi ini merupakan
perkumpulan alumni yang fokus pada bidang akademik. Organisasi ini
sebagai media jejaring alumni angkatan muda, dengan program utamanya
adalah membantu pengembangan PPP Al Fathimiyyah dalam bidang
pengembangan SDM. Forkaf terlibat aktif dalam pengkaderan keorganisasian
dan pengembangan SDM santri.
Adapun
jejaring forkaf meliputi Forkaf Surabaya, Yogjakarta, Jombang, dan
Malang. Dalam merealisasikan programnya Forkaf melakukan koordinasi pada
masing-masing daerah, misalnya forkaf Jogja untuk pelatihan
jurnalistik, forkaf surabaya untuk pelatihan kepemimpinan, dan
lain-lain.
6. Tahun 2001 – 2011
Pada
masa ini jumlah santri al fathimiyyah mengalami penurunan, hal ini di
sebabkan karena tumbuh kembangnya pondok-pondok pesantren dilingkungan
Bahrul’Ulum dan khususnya dilingkungan keluarga al Fathimiyyah,seperti
Al Amanah, Al Hikmah, Ar Roudloh, Al Mardliyah, dan lain sebagainya.
Melihat kondisi tersebut, substansinya jumlah santri yang mondok di
pesantren keluarga bani fattah tidak mengalami penurunan hanya terjadi
variansi penyebaran.